Gubuku – Pernikahan sering dianggap sebagai salah satu pencapaian besar dalam hidup. Setiap orang punya pandangan berbeda tentang makna pernikahan, tapi nyatanya, sebagian besar orang tetap menempatkannya sebagai salah satu tujuan masa depan.
Mungkin awalnya keinginan menikah muncul karena terinspirasi oleh orang tua yang harmonis, kisah cinta di film, atau ketika melihat sahabat menikah bahagia. Tapi, apakah cinta adalah satu-satunya alasan orang memutuskan untuk naik pelaminan?
Ternyata, jawabannya tidak sesederhana itu. Menurut survei Pew Research Center tahun 2010, cinta memang berada di urutan pertama alasan orang menikah, tapi ada banyak faktor lain yang ikut memengaruhi. Nah, kali ini kita akan membahas 10 alasan utama mengapa orang akhirnya memutuskan menikah.
1. Mencari Partner Hidup Sejati
Pernikahan itu ibarat tim sepak bola: kalau partner-nya nggak cocok, permainan bakal berantakan. Karena itu, banyak orang mencari pasangan yang bukan cuma pacar, tapi juga sahabat sejati.
Arthur Brooks, pakar ilmu sosial, mengatakan bahwa pernikahan yang langgeng biasanya dibangun di atas fondasi persahabatan. Jadi, bukan sekadar gairah cinta, tapi ada rasa nyaman, saling mendukung, dan bisa ngobrol tentang apa saja tanpa takut dihakimi.
2. Meningkatkan Status Sosial
Mungkin terdengar sedikit materialistis, tapi fakta di lapangan menunjukkan bahwa pernikahan bisa memengaruhi status sosial seseorang.
Dalam budaya tertentu, menikah dianggap sebagai tanda kemapanan dan kesuksesan. Bahkan, pesta pernikahan mewah sering jadi ajang pamer gaya hidup. Apalagi kalau menikah dengan pasangan dari keluarga terpandang, keuntungan seperti koneksi bisnis, stabilitas finansial, dan peluang pendidikan untuk anak bisa semakin besar.
3. Tekanan dari Keluarga
“Coba deh cepet nikah, umur kamu udah segini.”
Kalimat ini mungkin terdengar akrab di telinga banyak orang. Tekanan keluarga memang nyata adanya, apalagi jika seseorang sudah dianggap “cukup umur” tapi belum melepas masa lajang.
Alhasil, beberapa orang mencari jodoh dalam waktu singkat demi menghindari konflik dan rasa kecewa orang tua. Meski terdengar terburu-buru, tetap saja mereka akan mempertimbangkan faktor kecocokan sebelum memutuskan menikah.
4. Anjuran Agama
Bagi banyak orang beragama, pernikahan adalah ibadah yang sakral.
-
Dalam Islam, menikah dianggap sebagai ibadah terpanjang yang dapat menyempurnakan separuh agama.
-
Dalam Kristen, pernikahan dipandang sebagai ikatan seumur hidup yang diberkati Tuhan.
Tidak heran jika mereka yang taat agama cenderung menikah setelah merasa siap, baik secara mental maupun finansial, untuk menjalani kehidupan rumah tangga sesuai ajaran agamanya.
5. Faktor Keselamatan dan Rasa Aman
Menikah sering memberi rasa aman, baik secara emosional maupun fisik. Psikolog John M. Gottman, Ph.D., menyebutkan bahwa pasangan yang menikah cenderung memiliki dukungan emosional yang lebih kuat dibandingkan mereka yang masih lajang.
Saat stres, ada pasangan yang siap mendengarkan. Saat merasa kesepian, ada orang yang memeluk dan menguatkan. Rasa aman inilah yang membuat banyak orang memandang pernikahan sebagai “tempat pulang” yang menenangkan.
6. Manfaat Finansial
Menikah juga bisa menjadi strategi keuangan yang cerdas.
Dari hasil studi Pew Research Center, pasangan yang menikah bisa menghemat hingga 30% pengeluaran bulanan dibanding hidup sendiri. Tagihan rumah, listrik, hingga cicilan bisa dibagi dua. Bahkan, pengajuan KPR lebih mudah disetujui bank jika menggunakan joint income.
Selain itu, dengan adanya dua sumber pendapatan, perencanaan keuangan keluarga jadi lebih kuat untuk masa depan.
7. Afirmasi Cinta
Bagi sebagian orang, menikah adalah cara paling kuat untuk menyatakan “Aku serius sama kamu.”
Dengan menikah, hubungan jadi punya kepastian dan pengakuan resmi, baik secara hukum maupun sosial. Apalagi momen ketika pasangan memperkenalkan kita ke keluarganya secara resmi, rasanya seperti “resmi menjadi bagian dari rumah” yang baru.
8. Ekspektasi Sosial
Dalam banyak budaya, menikah dianggap sebagai tanda kedewasaan. Tekanan sosial ini bisa datang dari keluarga besar, teman, atau lingkungan.
Bagi perempuan, ada stigma jika tidak menikah di usia tertentu, seolah nilainya berkurang. Sedangkan bagi laki-laki, ada ekspektasi untuk meneruskan nama keluarga.
Meski terdengar kuno, pandangan ini masih melekat di banyak masyarakat dan memengaruhi keputusan menikah.
9. Rencana untuk Berkeluarga
Bagi banyak orang, menikah adalah langkah awal untuk memiliki anak.
Pernikahan menjadi wadah yang sah menurut hukum dan agama untuk membesarkan keturunan. Pasangan biasanya mulai menabung, merencanakan pendidikan, dan mempersiapkan diri menghadapi tantangan menjadi orang tua.
10. Keamanan Melalui Asuransi Kesehatan
Ini mungkin jarang dibicarakan, tapi asuransi kesehatan keluarga bisa jadi alasan orang menikah.
Dengan biaya persalinan di Indonesia yang bisa mencapai Rp50 juta, memiliki asuransi kesehatan bersama pasangan sangat membantu. Selain itu, perlindungan finansial untuk kondisi medis tak terduga menjadi lebih terjamin.
Dari semua alasan di atas, jelas bahwa menikah bukan hanya soal cinta. Ada faktor persahabatan, keamanan, status sosial, agama, hingga strategi finansial yang ikut berperan.
Yang terpenting, apapun alasannya, menikah sebaiknya dilandasi komitmen kuat dan pilihan yang matang. Karena pernikahan bukan sekadar pesta sehari, tapi perjalanan panjang yang harus dijalani bersama.